10 Desember 2024

Mengingat Kuda Sumba: Ode untuk Umbu Landu Paranggi

Oleh: Rida K. Liamsi

Selamat pagi Umbu
Aku berdiri di depan pintu mu
Sambil menggengam tembakau Sabu
Bau harum dunia dalam puisimu

Aku baru saja menatap
Padang savana negerimu
Melihat kuda kuda Sumba berlari
Membayangkan kau menunggangnya
Pergi bersama puisi puisi mu
Melintasi savana ,melihtasi waktu, melintasi dunia

Aku membayangkan kau menunggangnya
Membawa puisi puisi mu kemana mana
Membacanya dalam kepulan tembakau Sabu
Harum bau puisi mu , harum bau dunia

Di ruang baca ku sebelum itu
Sebelum aku mencium harum rumput
Sebelum membelai surai kuda sumba mu
Sebelum aku mendengar kecipak tapak
Liar seliar angin selatan dari negeri suku Maori
Aku membaca bait bait diksi puisimu
Hentakan telapak kuda sumba
Tapak waktu yang berlari ke luar dunia
Terasa seperti bau peluh kuda sumba
Yang berlari tak mengenal batas
Yang ada dalam sentuhan gawaiku
Buku puisi masa kini

Pagi ini jauh dari ringkih kuda sumba mu
Aku menjelajah gawai gaul masa kini ku
Aku tahu kau telah pergi.
Pergi dulu bersama sukma kuda sumbamu
Jauh ke ujung diksi puisi mu.
Tak tercium harum tembakau Sabu mu

Kematian adalah maha puisi
Yang kita tak tahu bila kita berhenti menulisnya
Kapan tak lagi punya suara untuk membacanya
Tapi jangan berduka
Seperti rerumputan tipis , kering dan kuning
di padang savana sumba mu,
puisi puisi mu bertebaran menjadi lukisan abadi di dalam buku buku mu.

Kuda sumba. Penjelajah padang savana
Berbahagialah
Karena kau sudah menulis puisi.
Kau sudah mewariskan buku puisimu.
Kau adalah penyair, kuda cinta
Yang meriwayatkan luka bangsanya

Kau sudah membacakan puisi puisi mu.
Kau sudah menyanyikan nya
dan senandung nya masih terdengar
Bergetar di bebatuan bata di malioboro.
Kau pernah jadi raja di sana ?
Kau oernah jadi pangeran di Jakarta ?
Sungguh kuda sumba !
Dan tak terlupakan.
Tak terlupakan
Melintasi savana zaman

 

Bintan, 6042021

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *